Selasa, 21 September 2010

1000 Cinta 1 Derita

Bicara tentang ibu, seperti membicarakan taman yang begitu warna-warni paduan antara aneka macam bunga dan segala keindahannya. Tak ada kerlingan kesedihan meskipun kadang kesal menyertainya. Hidup dengan penuh kasih sayang, menjadi kebanggaan bagi saya. Dari mulai kecil diajarkan bagaimana disiplin dan bagaimana cara menghargai orang lain dengan tidak menyakitinya.Tak ada guratan kebencian dari matanya, meskipun saya selalu membuat luka dihatinya. Menyadarkan saya bahwa itu salah tanpa memasukkan kata-kata kasar di dalamnya.

Semenjak kecil saya dibesarkan sendirian oleh beliau, karena waktu itu bapak sedang kuliah di Bandung agar bisa naik jabatan. Karena bapak kuliah otomatis kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh ibu.Superwoman, mungkin sangat tepat disematkan untuknya. Bagaimana tidak, menghidupi ketiga anaknya yang masih sekolah dengan kerja pagi-pagi jualan kelontongan di SD (Sekolah Dasar) sampai membantu kerja orang lain di sawah.Semua demi anaknya, demi yang ia sayang. Dan bila mengingat ini kembali menjadi merasa anak bodoh, yang kala itu hanya main dan main tanpa membantu ibu saya sedikitpun.



Dan kini sudah hampir 3 tahun ibu hanya terbaring di kasur, karena penyakit strokenya. Apa ini ganjaran dari orang yang merawat anaknya penuh kasih, sakit? Sedih dan perih ini terasa tiap harinya, memandangi orang yang saya sayang menahan sakit. Saya mencoba membalas kasih sayang dan tanpa pamrihnya beliau dengan merawatnya sehari-hari. Meskipun saya kuliah berangkat pagi sesempat mungkin menyiapkan sarapan buat beliau meski hanya segelas teh hangat dan sebungkus roti isi. Setelah balik dari kuliah siang harinya saya beres-beres rumah, dari mulai menyapu sampai masak. Menggantikan pekerjaan ibu, apalagi bapak dan ibu tidak punya anak cewek jadi pekerjaan cewek hampir semuanya saya yang kerjain.

Sore harilah saat-saat yang menyenangkan, saya memandikan beliau sambil ngobrol dan bercanda. Meski kadang saya malas karena benar-benar letih dengan aktifitas sendiri, tapi kemudian berpikir ini tak ada sebanding dengan pengorbanan beliau dahulu. Begitu lah seharian saya; kuliah,beres-beres rumah, dan merawat ibu. Aktivitas yang suatu ketika saya ceritakan ke pacar saya dia tertawa dan terkejut. Tapi banyak hikmah, paling tidak saya menjadi cowok yang multifungsi tidak hanya bisa mencari uang tapi juga bisa beres-beres rumah. Hehehe..

Untuk teman-teman yang ibunya masih sehat wal'afiat, pesan saya jaga dan sayangilah ibu kalian. Seorang peri tangguh di dunia, yang menyayangi kalian dengan tetes air matanya. Dan seorang malaikat yang menjaga kalian dengan semangat dan keikhlasannya. Semoga cerita saya bermanfaat dan mengingatkan kembali bahwa kasih ibu memang sepanjang masa, tak terbatas dengan waktu. Dan mohon doanya juga, agar ibu saya sehat terbebas dari penyakit strokenya ini. Amiinn..

2 komentar:

F. Juni Ismarianto mengatakan...

yapz, akan saia jaga ibu saia :')

Udah aku follobek btw, sukses ya dengan kontesnya ^^

Gubuk Ilmu mengatakan...

@Junz: thx ya.. sayang ibu q sakit, udh lama.
semoga menang y, doain. amien.. hehe..
sukses jg bwt blog ny, keren blog km.

Posting Komentar