Rabu, 01 September 2010

Menyesal Menjadi WNI

Sedih sekali jika anda tinggal di Indonesia, Negara yang banyak orang bilang kaya akan alamnya. Sebuah kamuflase, dilihat dari jauh tapi ketika sudah dekat apa yang dibanyangi tidak seperti terlihat dari kejauhan.


Kemiskinan merajalela bak jamur di musim penghujan, koruptor merayap dimana-mana bak semut mengerubungu gula, pengangguran berceceran bak hujan lebat. Sangat menyedihkan, dari umurnya yang sudah dibilang tua kemerdekaan belum benar-benar dirasakan rakyatnya.

Kesedihanpun bertambah dengan bom dapur (baca: gas elpiji) yang inisiatifnya didatangkan dari pemerintah itu sendiri. Rakyatnya digantung satu-satu dinegara lain, sungguh miris.


Ketika presiden sibuk menggarap album bak artis yang ditunggu fansnya, rakyatnya menderita lahir batin. Bagaikan hidup di negeri dongeng, kesejahteraan hanya impian tiap malam. Tak akan terwujud meskipun hanya merasakannya sesaat.


Dan orang-orang terhomatnya pun membangun gedung megah dibawah rakyat miskin, rakyatnya tinggal di lorong jembatan dan mereka membangun kerakusannya di atas perut rakyatnya. Tapi bersyukur, mereka banyak jasanya. Dari sibuk mengurusi hal-hal yang tidak wajar sampai tidur massal (mungkin pertunjukkan hipnotis Romi Rafael ya?). jika ada waktu kosong mereka membuat film dokumenter, yang panasnya mengalahkan semangkok cabe rawit. Setelah itu rame-rame makan uang penggemuk badan seketika.


Rasanya nangis darah pun tak sanggup, ini sudah diatas level sadis. Kesengsaraan rakyat sudah dimana-mana, dari bawah sampai atas semua tidak bisa dipercaya. Manis pada kampanye, dan membunuh ketika sudah berkuasa. Wajar banyak golput ketika pemilu.


Saya menyesal sudah menjadi WNI (Warga Negara Indonesia), jika hanya melihat saudara-saudara yang lain sengsara. Bukan berarti saya sempurna dengan berbicara seperti ini, hanya sedikit curhat dari rakyat jelata.


Semoga di lain waktu, orang-orang berkuasa tidak menuntut saya karena hal ini.

Terima kasih.



Dari:

Heri Rockpersider

(Seorang Rakyat Jelata)



Jambi, 1 September 2010

0 komentar:

Posting Komentar